Terdapat
empat proses dalam gas pada bahasan termodinamika. Pada pembahasan Bab 8, Anda
telah mengenal tiga proses, yaitu isotermal, isobarik, dan isokhorik. Proses
yang keempat adalah proses adiabatik. Usaha yang terdapat pada gas yang
mengalami proses-proses termodinamika tersebut akan diuraikan sebagai berikut.
a. Proses
Isotermal
Proses
isotermal adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada suhu tetap.
Gambar 4. A–B merupakan proses isotermal.
|
Menurut
Hukum Boyle, proses isotermal dapat dinyatakan dengan persamaan :
pV = konstan
atau
p1V1
= p2V2
Dalam proses
ini, tekanan dan volume sistem berubah sehingga persamaan W = p ΔV tidak dapat
langsung digunakan. Untuk menghitung usaha sistem dalam proses isotermal ini
digunakan cara integral. Misalkan, pada sistem terjadi perubahan yang sangat
kecil sehingga persamaan usahanya dapat dituliskan sebagai
dW = pdV
(1–3)
Jika
Persamaan (1–3) diintegralkan maka dapat dituliskan :
ò dW
= ò pdV
Dari
persamaan keadaan gas ideal diketahui bahwa p = nRT/V. Oleh karena itu,
integral dari Persamaan (9–3) dapat dituliskan menjadi :
ò dW
= ò (nRT / V)
Jika
konstanta n R, dan besaran suhu (T) yang nilainya tetap dikeluarkan dari
integral, akan diperoleh :
W = nR T (lnV2
– lnV1)
W = n RT ln
(V2/V1)
atau
W = n RT ln (p2/p1)
(1–4)
Contoh Soal
3 :
Sepuluh mol
gas helium memuai secara isotermal pada suhu 47 °C sehingga volumenya menjadi
dua kali volume mula-mula. Tentukanlah usaha yang dilakukan oleh gas helium.
Kunci
Jawaban :
Diketahui: T = 47 °C = (47 + 273) K = 320 K dan V2 = 2V1.
Usaha yang
dilakukan gas pada proses isotermal:
W = n RT ln (V2/V1)
= (10 mol) ( 8,31 J/mol)(320 K) ln (2V2/V1)
= 26.592 ln 2 = 18.428 joule
b. Proses
Isokhorik
Proses
isokhorik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada volume tetap.
Gambar 5. A–B merupakan proses isokhorik.
|
Menurut
Hukum Gay-Lussac proses isokhorik pada gas dapat dinyatakan dengan persamaan :
p/T
= konstan
atau
p1/T1
= p2/T2
Oleh karena
perubahan volume dalam proses isokhorik ΔV = 0 maka usahanya W = 0.
c. Proses
Isobarik
Proses
isobarik adalah suatu proses perubahan keadaan gas pada tekanan tetap.
Gambar 6. C–D adalah proses isobarik.
|
Menurut
Hukum Charles, persamaan keadaan gas pada proses isobarik dinyatakan dengan
persamaan :
V/T
= konstan
atau
V1/T1
= V2/T2
Oleh karena
volume sistem berubah, sedangkan tekanannya tetap, usaha yang dilakukan oleh
sistem dinyatakan dengan persamaan
W = pΔV = p (V2
– V1) (1–5)
Contoh Soal
4 :
Suatu gas
yang volumenya 1,2 liter perlahan-lahan dipanaskan pada tekanan tetap 1,5 × 105
N/m2 hingga volumenya menjadi 2 liter. Berapakah usaha yang dilakukan gas?
Kunci Jawaban :
Kunci Jawaban :
Diketahui: V1
= 1,2 L, V2 = 2 L, dan p = 1,5 × 105 N/m2.
1 liter = 1 dm3
= 10–3 m3
Usaha yang dilakukan gas pada tekanan tetap (isobarik) adalah
W = p (V2 – V1) = (1,5 × 105 N/m2) (2 – 1,2) × 10–3 m3 = 120 joule
d. Proses
Adiabatik
Proses
adiabatik adalah suatu proses perubahan keadaan gas di mana tidak ada kalor (Q)
yang masuk atau keluar dari sistem (gas). Proses ini dapat dilakukan dengan
cara mengisolasi sistem menggunakan bahan yang tidak mudah menghantarkan kalor
atau disebut juga bahan adiabatik. Adapun, bahan-bahan yang bersifat mudah menghantarkan
kalor disebut bahan diatermik
Proses
adiabatik ini mengikuti persamaan Poisson sebagai berikut
p Vγ = konstan
atau
p1 V1γ
= p2 V2γ
(1–6)
Oleh karena
persamaan gas ideal dinyatakan sebagai pV = nRT maka Persamaan (9–4) dapat
ditulis :
T1V1(γ
–1) = T2 V2(γ –1)
(1–7)
dengan γ
= CP/CV = konstanta Laplace, dan CP/CV
> 1. CP adalah kapasitas kalor gas pada tekanan tetap dan CV adalah
kalor gas pada volume tetap. Perhatikan diagram p – V pada Gambar 7.
Gambar 7. Pada proses adiabatik, kurva p–V
lebih curam dibandingkan dengan kurva p–V pada proses isotermal.
|
Dari kurva
hubungan p – V tersebut, Anda dapat mengetahui bahwa:
1) Kurva
proses adiabatik lebih curam daripada kurva proses isotermal.
2) Suhu, tekanan,
maupun volume pada proses adiabatik tidak tetap.
Oleh karena
sistem tidak melepaskan atau menerima kalor, pada kalor sistem proses adiabatik
Q sama dengan nol. Dengan demikian, usaha yang dilakukan oleh sistem hanya
mengubah energi dalam sistem tersebut. Besarnya usaha pada proses adiabatik
tersebut dinyatakan dengan persamaan berikut.
W=
3/2 nRT−T = 3/2 (p1 V1 − p2 V2)
(1–8)
Catatan
Fisika :
OTEC di Hawai. [2]
|
OTEC (Ocean
Thermal Energy Conversion) adalah sebuah pembangkit tenaga listrik mini. Mesin
ini bekerja berdasarkan perbedaan suhu antara permukaan laut yang hangat dan
kedalaman laut yang dingin. Pusat pembangkit listrik ini bebas polusi.
Contoh Soal 6 :
Contoh Soal 6 :
Sebuah mesin
memiliki rasio pemampatan 12 : 1 yang berarti bahwa setelah pemampatan, volume
gas menjadi 1/12 volume awalnya. Anggap bahan bakar bercampur udara pada suhu
35 °C, tekanan 1 atm, dan γ = 1,4. Jika proses pemampatan terjadi secara
adiabatik, hitunglah tekanan pada keadaan akhir dan suhu campuran.
Kunci Jawaban :
Diketahui: V2 = 1/12 V1, T1 = 35 + 273 = 308 K, dan p1 = 1 atm.
Untuk
menentukan tekanan akhir p2, gunakan rumus :
p2 = 32,4
atm.
Suhu campuran atau suhu akhir T2 diperoleh sebagai berikut :
Suhu campuran atau suhu akhir T2 diperoleh sebagai berikut :
T2
= 308 K (12)1,4 – 1 = 308 K (12)0,4 = 832 K = 559 °C
Contoh Soal
7 :
Usaha
sebesar 2 × 103 J diberikan secara adiabatik untuk
memampatkan 0,5 mol gas ideal monoatomik sehingga suhu mutlaknya menjadi 2 kali
semula. Jika konstanta umum gas R = 8,31 J/mol K, tentukanlah suhu awal gas.
Kunci
Jawaban :
Diketahui: W
= 2 × 103 J, T2 = 2T1, dan n = 0,5 mol.
W =
3/2 n R (T2 – T1) = 3/2 n R (2T1 – T1)
W =
3/2 n R T1
T1 = 2W / 3nR
= 2(2 x 103 joule) / 3 x 0,5 mol x 8,31 J/molK = 321
K
Jadi, suhu
awal gas adalah 321 K.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar